“Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony,”(Mohandas Gandhi)Bagiku, kopi bukanlah hal yang dipandang sebagai minuman saja, tapi temanku untuk menjelajah duniaku yang terlihat bersinar di malam hari. Seperti lampu yang menerangi malam sehingga aku bisa melihat dunia di pikiranku. Ceilah.
“A cup of coffee is more than a hot beverage, but it is friend of me to explore my own wide world.”
Terkadang sesuatu hal yang kecil jika kau melihatnya begitu
saja, akan menjadi faktor yang membawamu kepada tujuan yang kau tuju. Pernah,
seseorang memberiku nasihat saat wawancara untuk mendaftar salah satu BSO di
teknik, tepatnya motivasi, mengenai suatu kegiatan diluar kuliah,
“Ketika kamu punya target, kamu emang lagi menuju kesana dengan kuliah, tapi kalau kuliah saja, jalanmu itu juga cuma lurus aja. Ya memang sih cepet, tapi ketika kamu menyelami hal yang lainnya, siapa tau dia akan membawamu ke tujuanmu tapi dengan cara yang berbeda dan kamu pun punya jalan yang lebih unik dibanding orang lain,”(by the way, thanks lho Kak nasihatnya…)
Dan satu nasihat lagi ketika, bahkan, aku masih di bangku
kelas 2 SMA,
“Jadilah mahasiswa yang berbeda. Ini adalah sejarah kehidupanmu, kamulah yang jadi pahlawan. Mau jadi penonton saja dalam sejarah? Jangan sampai deh.”
(yah, satu tulisan inilah yang
akan membawa rasa terima kasihku kepada orang-orang yang begitu baik membagikan
pesan-pesannya kepada orang yang cupu ini.)
Tapi, dinasihat kedua ini, yang diharapkan
oleh kakak kelasku ini adalah aku menjadi orang yang aktif tidak hanya kuliah,
namun juga lomba-lomba. Menjadi mahasiswa yang berbeda, katanya. Dan sejak saat
itu, aku yang berniat apatis sewaktu kuliah, membatalkan niatanku. Actually, menjadi orang yang apatis itu enak banget. Bagaimana tidak? seusai
kuliah, yang dikipikiranmu hanyalah tugas dan sudah.
Tapi tetap saja,
sesibuk-sesibuknya kita, tidak melupakan yang namanya kuliah. Dan tidak lupa
juga yang namanya weekend-family time
seperti dalam tulisan yang pernah aku post
sebelumnya. Aku nggak akan bangga kok kalau harus bersibuk-sibuk ria dengan
teman-teman seorganisasiku di weekend
meskipun aku terkadang mau merelakannya.
I’m the hero of the story. (backsound : Hero – Regina Spektor)
Nah, atas alasan inilah mengapa
aku begitu antusias dengan hal diluar akademik. Sampai ketika aku bahkan belum
diterima di UGM saja, aku sudah mendengar cendekia teknika dari temanku. Dia
berniat mendaftar Cendekia Teknika ketika dia kuliah nanti. Setelah aku mendengar
cerita tentang CT, aku memutuskan untuk mendaftar karena BSO ini cenderung ke
arah persiapan menuju kerja dan mendapat beasiswa. Actually, ini organisasi banget,
yang awalnya aku tidak berniat untuk mengikuti BSO yang berbau-bau terlalu
mengikat.
Dari namanya saja, sudah membuat
minder. Cendekia means pandai, tajam
pikiran, lekas mengerti, dan cepat mengetahui situasi (KBBI). Itu bukan aku banget. Jadi, waktu pengenalan BSO itu,
aku benar-benar merasa cupu karena
kata kakak-kakaknya juga, banyak anggota CT yang exchange maupun mengikuti lomba-lomba. Hal ini membuatku
bersemangat, tapi juga cupu.
Cendekia Teknika adalah suatu
organisasi yang akan membuatmu terbantu dalam meningkatkan softskill yang diperlukan dalam dunia profesi dan masa depanmu.
Jadi mottonya, be a visioner (mulai ngarang nih). Organisasi kekeluargaan
kah? Hmmm… yah, karena mungkin sekarang aku masih baru-barunya di CT, sehingga
aku pun juga masih merasakan tumbuhnya hal itu. Aku tidak mau narrow-minded ya, mungkin juga sudah
dialami kakak-kakaknya. Ada saatnya ketika aku merasakan kekeluargaan itu
secara pasti benar-benar menjadi pondasi yang kuat untuk profesionalitas atau
bahkan berjalan beriringan. Dan hal itulah yang membuat CT semakin membuat
mahasiswa tertarik untuk berkecimpung di dalamnya, yang pada dasarmya, sudah
banyak sekali mahasiswa yang berminat di CT. Bayangkan, ada 200 lebih mahasiswa
yang mendaftar dan hanya diterima sejumlah 120 mahasiswa saja.
Saat itu, aku benar-benar
memperjuangkan masuk CT. Kecewa, karena sebenarnya aku telat mendaftar,
sementara aku sedang mencoba merealisasikan apa yang telah aku katakan dengan
masuk CT. Waktu itu juga aku telah membaca buku 7 Habits for Effective People, dan berada pada kebiasaan, menepati
janjiku pada diri sendiri supaya aku pun percaya pada diriku sendiri. Selain
itu, aku juga sedang mempraktikan As-Saff ayat 2 :
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?.”.Dan karena dengan CT, aku akan belajar hal-hal yang menjadi kelemahanku. Itu yang aku kejar.
Hidup itu belajar. –Kakak saya yang terkeren dan saya kagumi.-
Waktu ditanya saat wawancara CT,
apa yang akan kamu lakukan untuk berkontribusi terhadap CT?
Waktu itu aku ragu-ragu untuk
menjawabnya karena dalam pikiranku, aku hanya akan belajar dari apa yang sudah CT
tawarkan. Nah, sekarang ini sudah semakin jelas. Kontribusi itu akan tumbuh
ketika ada cinta didalamnya. Jadi jawabanku saat ini adalah, kuatkan lah
cintaku (sebenarnya aku jarang bicara secara dalam seperti ini, mual mual) maka
kontribusi itu akan muncul dari individu tanpa disadarinya hanya karena dia
berkata, “Aku mau,” ketika dia diberi suatu tanggung jawab. Dan, melakukan hal
yang terbaik untuk itu. Oleh karena tanggung jawab itulah, aku pun
menganggapnya sebagai suatu sarana untuk belajar. Asalkan, jangan dilepas
begitu saja oleh kakak-kakaknya, karena aku, belajar.
Yah, dua jam sudah tak terasa
ketika aku menulis. Semua yang aku tuliskan sudah aku pikirkan matang-matang.
Ini adalah sebuah opini lho terhadap
apa yang sudah aku alami. Ketika suatu saat, pembaca benar-benar memahami
tulisan ini, maka inti dari tulisan ini adalah,
Jangan takut keluar rumah, belajarlah dari alam. Karena kegiatan-kegiatan inilah yang nantinya membawamu untuk menuju tujuanmu, tentunya dengan jalan yang bisa kau ceritakan pada orang lain kelak. Siapa tau, kamulah yang menjadi pahlawan ketika mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.
Ketika kita sudah mencintai suatu
hal, maka kamu akan melakukan apapun yang terbaik demi hal tersebut. We have a wide world in our mind. So, make
it worthy in your life. You’ll
deserve to get love from others if you have a worthy life.
“We are what we think. We arise with our thoughts. With our thoughts, we make the world.”(Sidharta Gautama)
photo taken by : Dewi Hapsari Suprobo and Wisnu Aji Wicaksono.
www.makancepat.com
0 komentar:
Posting Komentar